
Aku selalu kagum dengan kekreatifan Argentina (dan negara-negara Amlat lain) dalam urusan menyalurkan pergulatan rasa kecewa dan amarah mereka yang seolah tak ada habisnya. Entah ke pemerintah, parlemen, aparat militer atau polisi, perusahaan-perusahaan besar atau organisasi, nasional atau pun internasional, pokoknya ke siapa saja yang bikin hidup mereka morat-marit dan mengharuskan mereka menjalani hidup dengan sebegitu ngos-ngosan. Untuk konteks Argentina, salah satu cara jitu dan langganan mereka untuk menumpahkan segala bentuk kejengahan tersebut ya tentu saja melalui karya fiksi atau pun non-fiksi (selain sastra mereka yang melahirkan banyak penulis bagus nan keren tiada duanya, buku tentang sejarah, sospol, budaya, filsafat dan kronik mereka, menurutku tidak kalah bagus *maaf subjektif banget😝). Di sinilah, terutama beberapa hal berkaitan dengan buku, aku merasa rumput tetangga kelewatan hijaunya. Aku jadi ingin mengulik sedikit rumput yang (menurutku) lebih hijau ini.
1) Perpustakaan
Argentina punya dua jenis perpustakaan (bibliotecas) buat masyarakat umum, Bibliotecas Publicas1 dan Bibliotecas Populares. Bibliotecas Publicas merupakan perpustakaan publik, anggaran 100% dari pemerintah2. Sedangkan Bibliotecas Populares mirip dengan inisiatif Taman Baca Masyarakat di sini. Perpustakaan ini lahir dari inisiatif warga setempat dan dapat didirikan dengan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh komisi khusus yang dibentuk pemerintah untuk jaringan Bibliotecas Populares ini, CONABIP.3 Beberapa syaratnya, lokasi harus jauh dari perpustakaan publik mana pun, harus buka paling tidak 20 jam seminggu, para pengurus harus terdiri dari beberapa warga setempat dan registrasi sebagai asosiasi sipil, agar kemudian bisa mendapatkan status hukum, barulah bisa terdaftar resmi di CONABIP. Pendanaan untuk aktivitas perpustakaan-perpustakaan itu bukan dari anggaran pemerintah, tetapi terkadang bisa dapat bantuan dari pemerintah, dalam bentuk donasi buku-buku (ini ada hubungannya dengan poin kedua di bawah, bagaimana regulasi mereka tentang harga buku membantu operasional CONABIP). CONABIP didirikan tahun 1870, berkat Presiden mereka kala itu, Domingo Faustino Sarmiento. Sarmiento mengutamakan pendidikan dalam visi dan misi pemerintahannya. Maka sudah sewajarnya, Sarmiento getol mengimplementasikan kebijakan publik berkaitan pendidikan, termasuk kebijakan yang mendorong agar akses bacaan lebih terjangkau untuk semua warganya tanpa terkecuali, di mana pun mereka tinggal.
2) Regulasi Harga Buku
Buku jenis apa pun tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Sebenarnya dari beban ongkos produksi, seperti harga cetak buku, sewa kantor atau toko, distribusi dll, selalu ada PPN yang tetap ditanggung oleh penerbit dan toko. Namun, paling tidak kalau memang harga buku di toko, 20.000 pesos, ya sudah tidak ada ekstra PPN 4,200 pesos (iya, PPN di sana 21% 😭). Untuk harga buku itu sendiri, mereka punya Peraturan tentang Harga Buku4, misal untuk buku “Ay, Te Amo” (judul hanya ilustrasi belaka), penerbit harus menentukan satu Harga Jual tetap ke Publik (PVP) buku itu. Semua toko buku besar, sedang atau kecil harus pakai harga PVP ini. Diskon hingga 10% dari PVP itu hanya diperbolehkan untuk acara-acara festival buku atau untuk perpustakaan dan organisasi nirlaba. Diskon hingga 50% cuma bisa untuk Kementerian Pendidikan, CONABIP, atau instansi pemerintah lainnya, yang akan mendistribusikan buku-buku “Ay, Te Amo” ke lembaga pendidikan, kebudayaan atau sains, dan masyarakat yang kesulitan akses banyak buku, seperti untuk Bibliotecas Populares di poin pertama tadi. Kalau penerbit hendak memberikan diskon sangat besar untuk buku “Ay, Te Amo“, maka penerbit harus secara resmi menghapus “Ay, Te Amo” dari katalog penjualan mereka (misal, dari situs web mereka). Kemudian memberitahu semua distributor dan toko, agar distributor dan toko yang masih punya sisa stok buku itu masih bisa menjualnya dengan harga PVP. Dalam jangka 6 bulan setelah menarik “Ay, Te Amo” dari katalog penjualan dan telah memberi waktu distributor serta toko menjual stok mereka, barulah penerbit bisa menjual buku “Ay, Te Amo” dengan harga diskon sebesar-besarnya.5 Sekretariat Perindustrian dan Perdagangan (di bawah Kementerian Ekonomi)6 bertugas mengawasi penerapan harga PVP ini, dan siapa saja bisa melapor ke mereka jika terjadi pelanggaran. Setiap pelanggaran tentu ada sanksinya dalam bentuk pembayaran denda, yang akan menjadi pemasukan bagi CONABIP. Full circle banget enggak sih? 😊
Memang masih sangat bisa diperdebatkan lebih jauh lagi, apa iya regulasi harga tetap seperti itu akan lebih banyak untung dibandingkan buntung. Dari pengamatanku pribadi, aturan harga seperti itu, bikin persaingan tidak bakal setimpang jika sama sekali tidak ada regulasi harga. Toko buku besar, sedang, kecil, dan mungil bisa bersamaan menawarkan kelebihan mereka masing-masing, dan kelebihan itu bukanlah sekadar harga buku lebih murah. Bisa saja toko buku A menawarkan kurasi lebih personal kepada pembacanya, toko buku B sering mengadakan sesi diskusi bersama penulis, editor dll, toko buku C rajin mengadakan pentas musikalisasi puisi, dsb. Jadi ya wajar kan, di Buenos Aires dengan penduduk sekitar 3,1 juta, terdapat sekitar 600 toko buku7 (mungkin akan perlahan berkurang karena krisis ekonomi mereka yang seperti tak ada ujungnya). Dengan 600 toko buku itu “saja”, berarti kan ada sekitar 19 toko buku untuk per 100,000 orang… 😱 Gimana enggak bikin kangen. 🥹
- https://www.bn.gov.ar/bibliotecaspublicas ↩︎
- Presiden Argentina sekarang, Javier Milei, agenda utamanya pemotongan anggaran belanja dan reformasi kebijakan fiskal besar-besaran, jadi fasilitas publik seperti perpustakaan pasti bakal ikut kena imbas. ↩︎
- https://www.conabip.gob.ar/ ↩︎
- http://servicios.infoleg.gob.ar/infolegInternet/anexos/70000-74999/71549/norma.htm ↩︎
- Presiden Javier Milei, yang sangat pro-pasar bebas itu, sudah berencana untuk menghapus aturan ini, entah akan berhasil atau tidak. ↩︎
- https://www.argentina.gob.ar/economia/industria-y-comercio/secretaria-de-industria-y-comercio ↩︎
- https://www.sinca.gob.ar/VerNoticia.aspx?Id=29 ↩︎
Leave a Reply