Kelanjutan dari tulisanku ini. Perlu diingat, aku mengulik perbukuan di Argentina ini bukan berarti perbukuan mereka sudah sempurna tanpa celah dan masalah ya (karena kesempurnaan, menurutku, hanya milik Pedro Pascal dan Diego Luna😆). Krisis ekonomi, pergolakan situasi politik dan membeludaknya short form content di internet, tentu sangat berpengaruh juga dengan industri perbukuan, daya beli dan minat baca di sana. Aku pernah baca satu cuitan orang sana, dia cerita beberapa tahun lalu bisa beli 5-7 buku per bulan, sedangkan sekarang, dengan pekerjaan sama dan gaji yang mengikuti inflasi, dia hanya bisa beli 2-3 buku sebulan. Selain itu, sejak inflasi mereka konstan melonjak, buku-buku bekas juga jadi lebih banyak peminatnya, begitu juga dengan buku-buku bajakan, cetak atau pun e-book. Sehingga, sama seperti kita, perkara bajak membajak juga jadi lawan tak terelakkan buat industri penerbitan di sana, meski mungkin tak separah di sini.
3) Regulasi selain Harga Buku
27 Juni 2001, Kongres Nasional Argentina mengesahkan Peraturan tentang Buku dan Pembacaan. Peraturan ini berlaku untuk semua jenis buku, termasuk buku sastra, buku anak, buku pelajaran, kamus, ensiklopedia, buku sains, pokoknya semua jenis buku. Beberapa poin dari peraturan itu:
- Royalti para penulis sekitar 10-15% dari harga buku, tidak dikenakan pajak penghasilan.
- Ekspor dan impor buku sama sekali tidak dikenakan cukai, bea keluar atau pun bea masuk.
- Mesin cetak, segala peralatan, bahan baku (seperti kertas) dan bahan lainnya yang diimpor untuk percetakan dan penerbitan buku di dalam negeri, sama seperti poin kedua di atas, tidak akan dikenakan cukai apa pun.
Argentina itu termasuk negara yang punya seabrek regulasi, bahkan dalam beberapa ranah yang mungkin sebenarnya belum atau tidak perlu-perlu amat ada regulasi. Jadi biar agak seimbang dan aku tidak menulis tentang hijau-nya rumput mereka melulu, aku mau sedikit bahas juga peraturan di sana berkaitan dengan karya-karya domain publik (sains, sastra dan seni). Suatu aturan yang kurasa jarang negara-negara lain punya[1]: setiap penggunaan karya domain publik untuk tujuan komersial, mereka harus melapor dan membayar tarif yang sudah ditentukan, ke Pusat Dana Seni Nasional (Fondo Nacional de las Artes, FNA, di bawah Kementerian Modal Manusia)[2]. Bukan berarti mereka harus minta izin ke FNA sebelum bisa menjual, memamerkan atau memutar karya domain publik tersebut, tapi mereka harus melapor dan membayar tarif setelah karya sudah siap jual, pamer atau putar. Misal, ada penerbit A menerbitkan terjemahan novel Jane Austen, “Pride and Prejudice“, dan telah dicetak sebanyak 500 eksemplar dan Harga Jual Tetap (PVP) 15.000 pesos, maka penerbit A harus membayar ke FNA sebesar (0,8 % x 15.000 pesos) x 500 eksemplar = 60.000 pesos. Dana terkumpul di FNA itu bakal dimanfaatkan untuk mengadakan berbagai sayembara, beasiswa, subsidi atau pinjaman untuk para pelaku seni (termasuk penulis).
4) Asosiasi-asosiasi Perbukuan
- Ada beberapa badan asosiasi yang berhubungan dengan perbukuan:
- Sociedad Argentina de Escritores, mewakili para penulis.
- Camara Argentina del Libro, mewakili penerbit-penerbit kecil dan menengah.
- Camara Argentina de Publicaciones, mewakili penerbit-penerbit besar, nasional atau pun internasional.
- Camara Argentina de Librerias Independientes, asosiasi terbaru, baru didirikan tahun 2024, mewakili toko-toko buku independen (definisi toko buku independen: paling banyak punya 4 cabang toko).
- Fundación El Libro, gabungan beberapa asosiasi, tujuan utama mereka: promosi buku dan meningkatkan kebiasaan membaca. Peta mereka ini jadi salah satu yang bikin aku kepikiran untuk membuat situs Peta Baca.
Menurut pengelola toko buku indie di Buenos Aires, La Livre, beberapa asosiasi ini menjalani peran mereka dengan cukup baik. Misal, perkara harga kertas untuk percetakan buku, selain kertas impor, dua produsen dalam negeri: LEDESMA[3] dan CELULOSA ARGENTINA[4] memonopoli persediaan kertas dalam negeri. Akhir 2022, gara-gara inflasi naik pesat, dua produsen ini menaikkan harga kertas seenak udel, maka Camara Argentina del Libro di awal 2023 menjadi corong ke publik persoalan ini, artikel berikut jadi bagian dari itu (judul kurang lebih kalau diterjemahkan), “Kekhawatiran atas Biaya Kertas: Ancaman bagi Dunia Penerbitan”, salah satunya menyorot bagaimana harga kertas sudah menjadi 50% dari total biaya menerbitkan satu buku, melebihi biaya upah para pekerja yang terlibat dalam menerbitkan buku itu. Asosiasi-asosiasi ini juga aktif menggolkan perjanjian kredit dengan bank atau perjanjian kerja sama dengan perusahan-perusahaan ekspedisi untuk diskon ongkos pengiriman.
5) Pelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah
Hal lain perlu diingat, Argentina sudah merdeka dari penjajah mereka, Spanyol, sejak tahun 1810. Nah, perkenalan sastra di bangku sekolah mereka dapat dibagi menjadi dua periode. Periode pertama, tahun 1810-1910, pemerintah Argentina fokus membangun identitas nasional mereka dengan memanfaatkan perkenalan Martín Fierro, puisi epik karya José Hernandéz, puisi sepanjang 2.316 baris, tentang gaucho kepada para murid di sekolah dasar. Periode kedua, setelah tahun 1910, sudah tidak ada bacaan wajib, tapi setiap dinas pendidikan kota atau provinsi akan mengeluarkan pedoman untuk kriteria-kriteria tujuan umum dan rekomendasi dalam rencana pembelajaran Bahasa dan Sastra. Misal, di pedoman tahun 2009, Dinas Pendidikan Kota Buenos Aires, untuk sekolah menengah atas:
- Tercer año (kelas 10): Karya-karya dari berbagai genre dan penulis, dengan tema umum yang sama.
- Cuarto año (kelas 11): Karya-karya dari berbagai periode, gerakan, dan genre, diutamakan sastra Ibero-Amerika.
- Quinto año (kelas 12): Karya-karya dari berbagai periode, gerakan, dan genre, diutamakan sastra Argentina.
Melihat rumput tetangga lebih hijau selalu perkara mudah, tetangga mana inilah yang tentu tidak bisa dipukul rata. Tetangga macam Singapura pasti tidak sama dengan melihat tetangga macam Filipina atau Vietnam, maka dari itu dua artikel tentang perbukuan di Argentina ini kumaksudkan untuk menambah gambaran rumput tetangga yang meski ada aspek berbeda tapi juga memiliki banyak kesamaan (sejarah, politik, ekonomi, sosial). Dan dari gambaran ini, aku rasa menarik untuk mengulik gambaran dari negara-negara yang bukan Singapura, Malaysia, AS, Inggris alias negara-negara yang katanya lebih maju dari kita itu, sembari kita usahakan segala upaya besar, sedang, kecil, remeh temeh tidak kelihatan wow, yang bisa kita upayakan di negara konoha ini. :”)
[1]https://www.argentina.gob.ar/servicio/tramitar-el-uso-de-obras-de-dominio-publico
[2]https://www.argentina.gob.ar/capital-humano/cultura/fna
Leave a Reply